Sabtu, 10 Maret 2012

Ada Semangat Pada Kalian, Sahabat Ilmu Jambi

“Sejak kakak semua ada di panti, kami yang dulunya malas belajar kini jadi semangat belajar. Kami sekarang perlahan-lahan mulai suka baca dan nulis berkat bimbingan kakak. Yang paling penting, kami lebih mengert tentang apa yang harus dilakukan, dan kami senang dengan kehadiran kakak.”
Begitulah kira-kira segepok kalimat yang saya dengar dengan tulus, jujur, dan tanpa paksaan dari mereka sore tadi. Saya tidak memaksa mereka untuk berkata yang baik-baik saja tentang relawan SIJ, saya meminta mereka menyuarakan apa yang mereka rasakan terhadap kehadiran Sahabat Ilmu Jambi di tengah mereka. Saya bilang kalau mau kritik kami juga boleh. Tak disangka kalimat itulah yang keluar dari mulut Suli, Juki, Ibnu, dan Miko. So touchy guys :’)
Setidaknya saya punya banyak alasan kenapa ingin mempertahankan komunitas ini tanpa saya harus keluar setelahnya, atau malah membubarkan komunitas ini karena tidak adanya sumber daya manusia yang bisa diandalkan. Setidaknya relawan SIJ perlahan mulai memasuki hati mereka, dengan caranya sendiri, menyentuh kehidupan kaum dhuafa yang masih cilik itu dengan ketulusan hati. Setidaknya adik asuh kami merasa senang ada yang memperhatikan hidup mereka, memperhatikan bahwa masih ada pemuda di Jambi yang peduli dengan masa depan mereka. Setidaknya saya cukup bahagia hari ini di tengah kegalauan hidup yang tak mungkin disebutkan satu persatu disini.
3 Desember 2011 lalu, SIJ memberikan semacam arahan kepada relawan tentang bagaimana seharusnya komunitas ini berjalan. Bertempat di Keiko, saya dan teman-teman saling tukar ide, bercerita soal keluh kesah di panti, memberikan saran untuk relawan kedepannya, dan merumuskan beberapa hal terkait job description relawan dan pengurus agar lebih baik. Ada saran dari salah satu relawan, Rikky, yang menyarankan agar SIJ punya goal setiap bulan atau per dua/tiga bulan agar komunitas ini jelas memberikan arahan kepada relawan, dan kemudian ditindaklanjuti kepada adik  asuh.
Lain lagi halnya dengan kak Meila yang memberikan harapannya agar relawan mau berkomitmen setidaknya dua jam saja setiap minggunya untuk mendampingi adik asuh. Jika relawan beberapa minggu tidak datang, maka kekacauan bukan terjadi pada komunitas ini, namun justru pada adik asuh. Hal ini mulai terlihat jelas ketika setiap minggunya, relawan yang datang ke panti selalu berbeda. Dan menimbulkan kalimat seperti ini yang saya dengar, “Kak, mano kakak kemarin? Kok kakak yang datang tuh baru lagi? Sabtu besok kagek kakak baru lagi yang datang, kek mano kak?” Oh well, dengan bersabar saya bilang, “Tunggu saja kedatangan mereka ya, saat ini hanya beberapa yang datang, tidak apa-apa kan, dek?” Ya, itu segelintir kalimat jujur yang saya dengar setiap memasuki panti Darul Aitam, dimana saya juga mendampingi Juki, Ibnu, dan Ansyah disana.
Kami berusaha menghibur mereka atau memberikan guyonan agar mereka tidak mempermasalahkan hal tersebut. Tapi lama-lama saya jadi kasihan dengan psikologi mereka. Berubah-ubahnya kakak asuh yang datang (tidak tetap dan tidak sesuai dengan kakak asuh yang mereka temui tiap minggu) membuat mereka tentu bingung. Dan kakak asuh yang sudah lama tidak nimbrung juga pasti bingung karena susah untuk beradaptasi. Jika seperti ini, saya mengembalikan semuanya kepada teman-teman relawan. Tidak ada paksaan bagi teman-teman, namun kami juga mesti memikirkan kelangsungan pendampingan teman-teman kepada adik asuh. Jika sesekali datang, sesekali tidak, atau tidak sama sekali, hal ini bikin mereka bingung. Ujung-ujungnya bagaimana pendampingan setiap adik asuh akan optimal? Semoga teman-teman mampu menjawab pertanyaan ini masing-masing ya. Sekali lagi saya tidak menekan teman-teman, semua keputusan saya limpahkan kembali kepada teman-teman ^_^
Dalam gathering di Keiko dua minggu yang lalu juga kami menerima kabar baik. Maul, anggota kami yang baru bergabung memberikan fasilitas kepada komunitas yang masih kecil ini :’) Ya, warung ibu beliau yang tidak terpakai disulap menjadi sekretariat SIJ! Woow, that’s great, pikir saya. Dengan adanya sekre, kami tentu akan lebih produktif lagi mengadakan pertemuan, saling tukar pikiran, dan tentunya mewujudkan taman baca gratis bagi masyarakat di sekitar Jambi, bukan? Nah dalam dua minggu ini, relawan pun berbondong-bondong ke rumah maul untuk membereskan sekre tersebut, mulai dari mengangkat barang-barang ke luar warung, hingga memberikan sentuhan estetika untuk mempercantiknya. Kami juga menyampul buku dan mengorganisirnya agar terlihat baik. Terima kasih untuk Maul dan sekeluarga yang telah memberikan tempat bagi SIJ ya! Kayaknya nggak percaya deh orang yang baru masuk ke komunitas ini mau-maunya kasih tempat untuk kita. Terlebih lagi, saya dapat pelajaran baru dari Maul ini. Anak hebat dan tegar!
Setelah gathering yang dihadiri oleh 20 relawan tersebut, kami mulai masuk panti lagi. 10 Desember dan 17 Desember adalah dua hari dimana kami kembali mendampingi mereka sebagai kakak asuh. Banyak ide bergulir di komunitas ini, dari kegiatan lomba dalam peringatan Hari Ibu, diundang oleh radio Dira senin esok, membuat rencana per bulan dan target yang harus dicapai, mengorganisir taman baca, bikin pamflet, pendelegasian beberapa relawan untuk mengikuti forum nasional, inovasi pendampingan setiap minggu, dan lainnya mesti dipikirkan sebelum awal tahun tiba. Kami ingin agar SIJ kedepannya nggak hanya sekedar komunitas berlabel komunitas tanpa memberdayakan pemuda di dalamnya dan tanpa memberikan tujuan jelas bagi adik asuhnya. Makanya sejak saat ini, saya sedikit memotivasi teman-teman, bahwa SIJ bukan saja meminta tenaga dan pikiran kalian untuk menjadi relawan, namun membuat kalian mampu bekerja sama dengan baik, mampu berkomunikasi dengan semua relawan tanpa harus membuat gap, mampu berkontribusi terhadap ide yang ditelurkan, dan mampu menjadi pribadi yang solutif, serta mampu-mampu lainnya yang membuat mereka berlabel “Pemuda Plus”.

Relawan SIJ sebelum melakukan pendampingan kumupl dulu membentuk lingkaran :)
Menemukan SIJ seakan menemukan keluarga baru. Disini saya kadang bahagia, marah, kesal, bingung, tertawa, dan konyol. Kita sama-sama masih belajar, jadi tidak ada salahnya jika teman-teman memberikan saran bagi SIJ kan? Correct me if I’m wrong. Beritahu saya jika di dalam diri ini perlu diperbaiki. Yakinlah Indonesia masih punya stok pemuda yang banyak, yang hebat, dan nggak hanya memikirkan dirinya saja. Masih ada kaum dhuafa yang perlu uluran tangan kita. Dan itu kalian: Relawan SIJ! Saya percaya adik asuh kita itu suatu saat akan merasakan manfaat kehadiran kita yang berbulan-bulan di panti, mereka tidak akan lelah bermimpi jika kita terus memompa semangat mereka. Lama kelamaan mereka pun akan menyadari bahwa membaca dan menulis itu penting sekali bagi masa depan mereka. Guys, masa depan dimulai dari sekarang, jadi kalau bukan kita siapa lagi yang akan peduli dengan mereka? Mari menebar ilmu dan membuka cakrawala bersama, tanpa letih, tanpa ngeluh, dan tetap tersenyum! We can do it! Arigato gozaimasu ^_^

0 komentar:

Posting Komentar