Sabtu, 10 Maret 2012

Bergerak dan Menginspirasi Melalui SIJ

“Jika orang tua berbicara masa lalu, kami anak muda berbicara masa depan, dan melakukannya sekarang!”

Kalimat ini saya temui ketika mendengar presentasi Muhammad Iman Usman, presiden Indonesian Future Leaders, dalam sebuah pertemuan di Cibubur, akhir Oktober lalu, Forum Indonesia Muda 2011. Dalam forum tersebut Iman terlihat bersemangat sekali menggali apa saja yang harus kami lakukan sebagai pemuda, dan apa saja yang sudah dilakukan oleh organisasinya dalam memberdayakan kepemimpinan pemuda.
Apa yang ditulisnya pada Power Point itu juga senada dengan pikiran saya. Dimana seorang pemuda, generasi penerus bangsa, nggak hanya membicarakan masalah saja, namun juga ia mencari solusi, menatap masa depan, dan memberikan tindakan nyata bagi perubahan di daerahnya, bukan sekedar berbicara hal-hal abstrak. Kalimat itu sekelebat menuntun saya terhadap sebuah komunitas yang baru bergerak di Jambi, yakni Sahabat Ilmu Jambi (SIJ).
Tidak pernah saya membayangkan sebelumnya jika SIJ akan dilirik banyak orang. Kalangan pelajar SMA hingga yang sudah bekerja pun berusaha bergabung dalam komunitas yang berdiri pada 5 Agustus 2011 ini. Meski umur kami masih pendek, tapi sepak terjang kami dirasa sangat menginspirasi berbagai kalangan untuk turut serta bekerja, bertindak, dan melanjutkan cita-cita bangsa, khususnya Jambi. Awalnya saya memang tidak begitu muluk SIJ akan dikenal sejauh ini. Kenapa? Karena dalam pandangan saya, anak muda Jambi hanya hobi ngemall, jalan-jalan, dan kental dengan hedonisme yang menguntungkan dirinya sendiri. Namun ketika saya bertemu dengan lebih dari 25 orang ini (mereka adalah relawan dan pengurus), ternyata anggapan saya itu bergeser sedikit menjadi: “Masih ada harapan dari segelintir pemuda yang mau berkontribusi bagi Jambi, meski itu masih kecil.”
Duluuuuu banget,saya pengin punya teman-teman yang satu ide untuk memajukan pendidikan. Kemudian itu terkerucut menjadi, pendidikan anak kurang beruntung. Lalu saya pun melihat fenomena lagi, banyak diantara teman-teman yang tidak hobi membaca bahkan menulis. Saya beranggapan bahwa kedua komponen ini akan berguna di masa depan! Percaya atau tidak, kedua hal itu akan menentukan pendidikan seseorang ke depannya. Seseorang dilihat dari apa yang ia baca dan ia kemukakan dalam tulisan. Selain itu, saya juga menyadari bahwa kurangnya perhatian pemerintah dalam menyediakan bahan bacaan kepada anak-anak kurang beruntung. Kalaupun ada, itu kadang tidak optimal. Saya bahkan pernah melihat sebuah taman baca milik pemerintah di kawasan Kota Baru yang penuh dengan ilalang di sekitarnya, bukan penuh dengan buku. *MIRIS*
Atas dasar itulah, setelah balik dari KKN awal Mei lalu, saya semakin menggebu-gebu bahwa saya harus menggerakkan anak Indonesia untuk hobi baca dan nulis. Yang terpikirkan saat itu adalah, nggak mungkin saya sendiri dong? Minimal ada beberapa orang yang mau diajak kerja sama dan memiliki tujuan/harapan yang sama. So that, sharing lah saya dengan kak Meila. She knows me so well deh. Kami punya cita-cita yang sama, ide yang sama, mau bergerak, dan melaksanakannya! Setelah ngobrol-ngobrol dengan kak Meila, saya kemudian menuliskannya dalam sebuah gagasan, menyebarkannya dalam akun social media (facebook dan twitter), dan pomosi via mulut ke mulut.
Finally, kita berkumpul pada 5 Agustus 2011. Sejak itu pula makin banyak orang yang bergabung. Entah karena memang peduli atau sekedar mau eksis, saya tidak peduli. Yang penting SIJ setidaknya dilirik sedikit oleh mereka. Dalam perjalanannya, SIJ nggak semulus yang dikira. Kita terkadang mesti memikirkan relawan yang kadang bersifat aktif-non aktif, kegiatan di panti, dan lainnya. Mungkin karena komunitas sosial belum booming di Jambi, jadi masih ada juga yang hilang timbul. Di satu sisi, kegiatan kita yang berkelanjutan dan tidak selesai dalam beberapa minggu bisa saja menyurutkan hati siapa saja. Ditambah lagi kondisi anak-anak panti yang kadang kala di luar prediksi. Nah klop! SIJ memang masih kecil, masih merangkak naik, masih butuh dukungan, masih butuh komitmen dan kepedulian, dan masih harus bergerak. Jadi jika salah satu saja tidak berkomitmen, SIJ pun buyar. Ketika satu saja sulit dikoordinir, maka hambarlah kami.
Saya rasa itu tidak berlebihan dikatakan. Mengingat relawan tidak dibayar dan memiliki aktivitas masing-masing, toh saya masih melihat beberapa teman yang mau menyempatkan dirinya hadir bertemu dengan kami saat rapat, mendampingi adik asuh dalam meningkatkan motivasi membaca dan menulis, saling kasih ide tanpa menganggap dia lebih hebat, dan terpenting adalah ia peduli dengan nasib pendidikan anak Jambi ke depannya. Ditambah pula kata komitmen. Ya kata ini dirasa memang perlu ditekankan bagi semua relawan, karena apa? Jika satu minggu berturut-turut relawan tidak datang mengunjungi adik asuh, bagaimana ia bisa dekat dengan mereka? Bagaimana ia bisa tahu perkembangan adik asuh?
Inilah yang saya katakan pada teman-teman, “Kami tidak membayar kalian, kami tidak memberikan hadiah, tapi kami memberikan kesempatan bagi kalian untuk turut mencerdaskan anak bangsa dengan kemampuan yang kalian miliki. Tidak perlu kalian pikirkan bahwa kalian tidak tahu anak-anak, jangan pikirkan bahwa kalian bukan berasal dari FKIP, atau kalian tidak punya waktu saking sibuknya. Yang justru kalian sadari adalah peran kalian sebagai pemuda. Sejauh mana kalian mampu mengimplementasikan predikat pemuda (pelajar, mahasiswa, dan umum) di kehidupan bermasyarakat. Setidaknya kalian punya pengalaman kelak, ketika kalian ditanya oleh cucu atau anak kelak: “Ibu, bapak, kakek, nenek, dulu waktu muda sumbangsih apa yang telah diberikan untuk Indonesia? Bukankah negara ini terletak pada pundak pemuda?”
Well, nggak terasa empat bulan sudah SIJ hadir di Jambi. Saya harap komunitas ini tidak terputus pada beberapa tahun saja, namun ia kelak akan abadi dan selalu ada dari generasi ke generasi. Saya harap SIJ akan jadi tonggak sejarah pergerakan pemuda dalam mengadakan perubahan di bidang pendidikan. Saya juga berharap makin banyak anak muda Jambi yang terinspirasi dan bergerak karena SIJ. Tak henti-hentinya saya berharap agar adik asuh kami di dua panti selalu diberikan kecerdasan sesuai kemampuan mereka untuk mengukir prestasi dan bersikap jujur atas nama Indonesia. Terima kasih untuk semua pengurus dan relawan yang telah mengorbankan waktunya, saya harap teman-teman tidak hanya menebeng nama, tidak hanya ngomong di belakang, tidak hanya datang dan duduk, tapi teman-teman bisa mengambil sisi positif dari SIJ dan menjadi bagian keluarga SIJ seutuhnya. Jangan segan, malu, takut, dan gengsi bergaul dengan sesama relawan ya. Kita disini masih belajar bukan? Kita disini masih perlu bimbingan bukan?
            
Relawan SIJ & pengurus saat gathering di Keiko, 3 Desemeber 2011

0 komentar:

Posting Komentar