Sabtu, 10 Maret 2012

Sepucuk Surat Dari Kak Bella tentang SIJ

Hari Ini Bersama Sahabat Ilmu Jambi

Begitulah tagline kami, Sahabat Ilmu Jambi. ^_^ Kami, relawan Sahabat Ilmu Jambi sudah enam kali berkunjung ke panti asuhan, termasuk hari ini. banyak cerita yang kami peroleh selama berada di panti. Cerita yang menyenangkan, sedih, hingga menyebalkan kami dapatkan. Btw, karena saya sendiri sebagai penulis tadi berkunjung ke Panti Asuhan Darul Aitam, jadi saya lebih banyak cerita pengalaman saya dan teman-teman di Darul Aitam (DA) dibanding Panti Asuhan Madinatul Aitam (MA).
Sebelum berangkat ke panti tadi, kami para relawan berkumpul dahulu di lapangan tenis Universitas Jambi di daerah Telanai. Icha, Ana, Putzai, Irna, Dewi, Desi, Ein, Rara, Fani, Rini, Suci, Yani, dan saya sendiri membahas apa saja yang perlu diberikan kepada adik asuh ketika berada di panti tadi. Nggak hanya itu saja, pembahasan seputar apa yang terjadi di panti selama beberapa minggu juga diutarakan. Kebanyakan dari teman-teman relawan mengeluhkan sikap adik asuh yang agak rewel. Well, meski begitu saya terus memotivasi mereka untuk tetap semangat menghadapi adik asuh dengan tipe begini. Saya percaya di balik kerewelan mereka, adik asuh di kedua panti tersebut cerdas-cerdas kok ^_^
Selang beberapa jam, kami pun memutuskan untuk beranjak dari lapangan nan hijau tersebut. Kami kemudian menyebar ke dua panti, tim pertama ke MA dan tim kedua ke DA. Saya sendiri masuk ke DA, disusul oleh Lia, Taufik, dan Andi yang juga turut hadir di kegiatan kali ini. Guys, can you guess? Kondisi panti tadi riuh banget. Ketika kami datang, suara-suara adik asuh mulai berkumandang, hehe.. Saya yang sedari awal mewanti-wanti teman-teman untuk bersikap baik kepada semua adik asuh agak sedikit bingung juga. Adik asuh di DA memang butuh kesabaran yang esktra ketika menghadapi mereka. Nggak sedikit suara keras yang saya keluarkan agar mereka turut memperhatikan saya berbicara. Namun begitu kegiatan berlangsung seru lho, meski kami harus melewati momen agak menyeramkan tadi sore :’(
Oke, forget about that. I wanna tell you about our activity few hours ago. Kegiatan berlangsung selama dua jam. Setelah berbasa-basi dengan bapak panti, kami lalu bertemu dengan adik asuh. Satu jam pertama dihabiskan dengan bermain games kata yang dipandu oleh Irna, Icha, dan Dewi. Sementara adik asuh yang masih pre school diajak bermain dan mewarnai dengan Desi dan Lia. Sementara saya agak fleksibel, masuk ke grup ini dan itu, sambil sesekali motret. Saya menonton perilaku manusia hari itu. Saya rasa, menjadi pengamat orang itu asyik sekali :D (abaikan)
Permainan dilakukan oleh tiga kelompok yang dimenangkan oleh kelompok Juki dkk, sementara kelompok lain menduduki peringkat dua dan tiga. Pada permainan games tadi, mereka diberi beberapa kata yang dilanjutkan dengan pembentukan beberapa kalimat. Ketika ini berlangsuung sempat ada momen yang menyeramkan. Kedua adik asuh sempat berselisih dan mengakibatkan salah satunya menghilang tiba-tiba. So sad memang, tapi kami sebagai relawan telah berusaha sebaik mungkin untuk membawa mereka menjadi anak yang baik, bahkan ketika hal yang nggak diinginkan terjadi, kami hanya bisa mengurut dada. Berharap semua akan baik-baik saja setelahnya.
Nggak lama kemudian, kegiatan dilakukan dengan pendampingan tiap kakak asuh terhadap adik asuh. Masing-masing kakak asuh mendapatkan adik asuh mereka sesuai psikologis dan umur mereka. Saya yang kala itu mendapatkan adik asuh yang nggak hadir kakak asuhnya langsung mengajak Jefri, Lutfi, dan Riki. Lutfi adalah anak dari bapak panti, sedangkan Jefri dan Riki merupakan anak titipan orang tua mereka di panti DA. Mereka berdua saya kira berasal dari keluarga tidak mampu, maka dari itu sepanjang ngobrol dengan mereka (sesuai gaya anak muda tentunya) saya bawa nyantai aja, nggak serius, dan berusaha memasuki dunia mereka. Kebetulan mereka bertiga adalah siswa kelas V SD, jadi perilaku dan usia mereka pun sesuai.
Pertama-tama saya ajak mereka berbicara tentang hal yang mereka sukai, pelajaran apa yang membuat mereka senang di sekolah, apa saja aktivitas yang membuat mereka tertarik, dan sedikit cerita soal keluarga mereka. Setelah itu dirasa cukup, saya mulai mengajak mereka untuk merenung bahwa Indonesia membutuhkan generasi yang cerdas (pintar) untuk melanjutkan perjuangan Pak Soekarno-Hatta agar orang Indonesia nggak bodoh. Saya bilang begini ama mereka.
“Zaman dahulu waktu kita belum merdeka dan masih dijajah ama Belanda, Jepang, dan lain-lain, apa kita sudah pintar?” kata saya.
                “Belum kak, masih bodoh. Tapi waktu kita sudah merdeka, kita pintar semua,” ujar mereka bertiga serempak.
                “Nah kalau gitu, apa kalian mau jadi orang yang bodoh? Kalian tentu mau kan melanjutkan perjuangan Pak Soekarno-Hatta supaya orang Indonesia pintar-pintar?” Saya menatapa mereka.
                “Iya kak, mau,” mereka juga menjawab serempak.
                Kemudian saya lanjutkan lagi begini, “Kalian mau jadi orang pintar dan sukses, serta membahagiakan orang di sekitar kalian kan? Kuncinya apa?”
                Mereka sontak menjawab berbarengan lagi, “Belajar kak.”
Sampai disini saya bahagia mendengar pernyataan tulus mereka. Nggak sia-sia saya mengajak mereka mengobrol ngalor ngidur soal hidup mereka, ternyata mereka begitu menyadari peranan penting mereka sebagai generasi penerus bangsa.  Sampai disini saya terharu mendengarnya. Semangat saya berkobar-kobar berkat mereka. Harapan besar saya tumbuhkan kepada mereka, “Meski kalian berada dalam lingkungan yang serba kekurangan, tapi tunjukkan kalau kalian bisa. Tunjukkan kalau kalian mampu dan berhasil kelak, serta meraih cita-cita. Buat keluarga dan orang terdekat bangga dengan kalian ya, dan janji sama kakak kalau kalian akan jadi anak Indonesia yang cerdas ya?” saya mengucapkan kalimat ini dengan tegas. Lalu berkumandanglah pernyataan mereka ini seiring ditutupnya pendampingan adik asuh sore itu. Saya lega, haru, dan menaruh harapan besar kepada hidup mereka. :’)
Di akhir pertemuan, kami memberikan motivasi lagi kepada mereka. Selain itu, pemberian cokelat bagi grup yang memenangkan permainan hari itu juga selesai dilaksanakan. Namun karena sisia cokelat banyak, jadi dibagikan kepada semua kakak dan adik asuh yang ada di panti. Mereka bersuka cita, senang banget dapat hadiah atau makanan pemberian dari relawan. Melihat mereka menengadahkan tangannya bikin saya nggak tega. Mereka begitu bersemangat untuk mendapatkan cokelat seraya berkata, “Kak, minta, kak, kami belum, kak.” Ya Tuhan, sampai disini saya hanya memanjatkan untaian kalimat doa untuk mereka. “Jaga hidup mereka dalam lindunganMu. Bahagiakan mereka di saat jauh dari orang tua. Tuntunlah mereka untuk jadi anak Indonesia yang cerdas dan mampu membahagiakan orang terdekat. Dan bukakan pintu hati mereka untuk tulus belajar, membaca, dan menulis, serta bermain bersama kami.”
Guys, SIJ nggak bakal ada kalau nggak ada komitmen serta kepedulian teman-teman relawan. Saya sangat berterima kasih kepada relawan SIJ yang mau meluangkan waktunya untuk berbagi bersama mereka. Saya nggak bisa memberikan uang ataupun membalas jasa mereka dengan bentuk apapun, hanya doa terbaik agar ilmu yang mereka sampaikan barokah selalu saya panjatkan. Saya percaya relawan ini adalah pemuda terbaik Jambi yang kerjanya nggak cuma jadi anak hedonis saja, saya percaya suatu saat Jambi bakal bertambah baik jika memiliki pemuda seperti mereka ini :’)
Akhirnya, hari ini ditutup dengan senyuman saya kepada mereka. Senyuman ini menaruh harapan besar bagi semua relawan dan adik asuh untuk terus bersemangat saling berbagi, saling menghargai, dan saling menginspirasi. Perubahan besar dimulai dari langkah kecil, dan saya yakin perubahan itu bisa terwujud jika semua relawan mampu berkontribusi nyata bagi Jambi. Kita sebagai pemuda sebaiknya nggak hanya ngomong doang, namun bisa bertindak nyata dalam membantu Indonesia agar lebih baik lagi. Terima kasih, terima kasih, terima kasih..kalian hebat :’)
“Jika seorang pemuda yang berumur 21 tahun namun belum berkontribusi nyata bagi daerahnya dan hanya berpikiran untuk dirinya (hidup hedonis dan berada pada zona nyaman), lebih baik jangan jadi pemuda.” -> quote ini bikin saya kecil hati, apa yang sudah saya berikan bagi Jambi? Mari sadari diri kita, SIJers ^_^

0 komentar:

Posting Komentar